| Itu Aku menikmati senja dari pinggir Pulau Rajuni, pukul 18.19 WITA. Captured by droner: Ibnu Khoirul Fajar |
On our way
Usai ikuti Ritual Naik Balla di Selayar Darat, esok paginya kami segera lakukan misi Berlayar ke Ujung Selayar. Pagi-pagi sekali kami berangkat sebelum kapal keburu kandas, mumpung cuaca lagi bagus juga. Kapalnya lumayan besar, waktu itu timku ada 5 orang, ditambah 1 orang pendamping dari WWF Indonesia, 2 orang pendamping dari mana lupa, dan 2 nahkoda. Total ada 10 orang yang ikut berlayar. Ternyata, selama perjalanan ke pulau tujuan yaitu Rajuni, Kepulauan Selayar ombaknya lumayan gede walaupun kata nahkoda udah masuk kategori normal. Hujan badai, angin gede pula, wadidaww kapal goyang kapten! Ruang gerak kami pun terbatas, ga bisa naik ke deck kapal atau duduk di luar. Jadinya kami bersepuluh neduh di satu ruangan dalem kapal, ditambah lagi barang-barang kita yang buanyak dan gede-gede. Untung udah sedia minyak angin jadi gak gumoh, walaupun masih sedikit mual. Sebenernya lebih bagus minum ant*mo sebelumnya biar bisa tidur pules selama perjalanan laut.
Kapal yang kami naiki persis seperti di bawah ini. Teman, kalau mau coba mengunjungi Taman Nasional Taka Bonerate (TNTB) sebaiknya naik kapal kayu seperti ini atau yang lebih besar, jangan pernah pakai kapal fiber. Kapal fiber bahaya untuk perjalanan jauh karena bisa terbelah kalau terus-terusan menerjang ombak. Jangan lupa juga untuk rikues pelampung sama nahkoda, karena ada kapal yang sediain ada juga yang tidak. Sedikit cerita, kejadian kapal fiber pecah ternyata dialami oleh rombongan lain yang juga menuju TN Taka Bonerate sebelum tim kami. Mereka terombang-ambing di tengah laut menunggu bantuan, tanpa ada sinyal, bahkan ga ada pelampung. Salah satu anggota timnya yang merupakan anak magang punya ponsel jadul, untungnya hp itu masih bisa nangkep sinyal walau cuma dikit-dikit. Dari hp itulah mereka menelfon tim SAR untuk evakuasi. Puji syukur mereka semua selamat.
Denger cerita itu Aku cuma bisa berdo'a supaya musibah serupa ga menimpa kami. Apalagi itu adalah perjalanan laut terpanjang pertamaku. Sebelumnya Aku pernah beberapa kali naik kapal tapi cuma 1-2 jam, kapal ferry pula jadi ga takut.
![]() |
| Photo isn't mine, but this is how Rajuni's dock look like. Our ship was exactly looked like this. |
Desa Rajuni
Setelah sekitar 5-6 jam perjalanan, sampai juga Kami di dermaga Pulau Rajuni dengan selamat. Suku Bajo yang ramah dan teman-teman TNTB yang bertugas di sana (Bang Ronald dan Bang Ady) sudah menunggu. Kami naik kaisar (sebutan warlok untuk angkutan motor roda tiga) menuju penginapan terbaik di pulau itu. Biaya penginapannya waktu itu Rp100 ribu per orang untuk satu malam, belum termasuk makan dan minum yang disediakan tuan rumah. Namanya juga pulau kecil di tengah luasnya Laut Banda ya kan (silakan search letaknya di google maps), jadi setiap hari lauknya seafood (alhamdulillah Aku suka banget seafood), sayurnya cuma ada daun kelor dan gambas (alhamdulillah Aku ga suka sayur). Air buat mandinya juga payau, kalau sabunan atau keramas ga ada buihnya. Untung sebelum nyebrang kami udah belanja cukup banyak logistik di Selayar Darat termasuk air mineral berdus-dus, jadi sikat gigi bisa pakai air mineral.
![]() |
| Photo isn't mine, but this is how Rajuni coast look like. |
Hari itu kami ga langsung istirahat boro-boro tidur. Kami ngobrol dulu dengan warga lokal sekaligus perangkat desanya soal teknis liputan. Persiapannya seperti apa, keperluannya apa aja, adegannya bagaimana, butuh berapa orang talent, jam berapa, semua harus detail supaya ga ada yang missed. Liputan harus on time karena kami juga punya deadline. Waktu itu kami baru bisa tidur pukul 10 malam.
Kondisi seperti itu kami lewati selama seminggu, ditambah lagi ga ada sinyal telfon apalagi internet, sama sekali. Tapi tetep enjoy tuh, karena masyarakatnya ramah-ramah; alamnya indah banget; taman bawah lautnya luar biasa keren, as we know TN Taka Bonerate punya kawasan atol ketiga terbesar di dunia setelah Marshall dan Maldives. #BanggaPunyaIndonesia kan. Di sana, Aku dapetin pengalaman diving pertamaku. Aku juga pertama kalinya cobain berenang bareng hiu blacktip di Pulau Tinabo, mengikuti tradisi menurunkan kapal ke laut, masak kuliner tradisional, dan cari ikan bersama nelayan. Sekarang nyesel karena waktu itu Aku ga banyak ambil dokumentasi pribadi gara-gara fokus liputan (yang ada aja dramanya), padahal indah-indah banget. Pengalaman Aku di sana mengesankan semuanya, selengkapnya kuceritakan di artikel-artikel berikutnya. Sampai jumpa kembali, Teman!
| Desa Rajuni pukul 08.57 WITA. Aku yang paling kanan pakai celana selutut. Captured by droner: Ibnu Khoirul Fajar |



0 Comments:
Post a Comment